Mungkin beberapa dari kalian yang mengikuti perkembangan smartphone juga mengikuti Live Event yang beberapa perusahaan adakan setiap smartphone flagship mereka keluarkan. Jika kalian perhatikan, akhir-akhir ini seringkali perusahaan-perusahaan tersebut menyematkan rating DxOMark pada slide presentasi mereka.
Mereka seringkali membandingkan rating mereka dengan rating smartphone lainnya dan akan membanggakan keunggulan mereka jika rating-nya lebih tinggi (ya iyalah masa lebih rendah dibanggakan). Tapi seberapa penting sih rating DxOMark bagi kita sebagai konsumen? Yuk simak 🙂
DxOMark
DxOLabs sendiri bukan hanya memberikan rating kepada smartphone saja, tapi juga kepada kamera dan lensa yang secara umum beredar di US, bahkan juga secara global. Mereka memiliki studio sendiri yang didedikasikan untuk menilai kualitas kamera pada perangkat-perangkat tersebut dan penilaian masing-masing kategori menggunakan setup yang sedikit berbeda.
DxO melakukan test pada setiap smartphone yang dapat mereka dapatkan dengan seobjektif mungkin dan menggunakan metode yang se-ilmiah mungkin. Mereka memiliki banyak skenario yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang paling akurat dan detil.
Mereka juga melakukan tes di lingkungan outdoor yang lebih menuntut kualitas kamera smartphone agar mendapatkan hasil yang lebih realistis. Dari situs DxO, mereka mengatakan bahwa terdapat 50 skenario menantang baik indoor maupun outdoor yang mereka gunakan untuk melakukan tes pada smartphone per 2017. Dari hasil yang mereka peroleh tersebut mereka mengkategorikannya ke beberapa bagian dan diberikan penilaian bagi setiap kategorinya, setelah mendapatkan nilai dari masing-masing kategori, mereka akan menjumlahkannya ke suatu nilai yang akan kalian lihat di presentasi-presentasi launching smartphone. Wajar mereka lakukan hal ini, karena hasil tes mereka sangat banyak dan tidak mungkin perusahaan akan memasukkan semua hasil penilaian mereka ke dalam headline suatu berita, ya kan?
APA AJA SIH YANG MEREKA NILAI?
Jika dilihat dari situs DxOMark, hal-hal inilah yang dinilai oleh mereka.
Terdapat 2 kategori, yaitu photo dan video dan dibawahnya terdapat sub kategori lagi yang lebih mendetil dan masing-masing mempunyai bobot penilaiannya sendiri. Dari sub kategori tersebut akan diambil sekian persennya dan akan dijumlahkan menjadi nilai dari kategori itu.
Di situsnya terdapat penjelasan yang lebih detil lagi per-smartphone dan alasan mereka mengapa mereka memberikan nilai tersebut. Sebelum munculnya smartphone dengan nilai DxOMark lebih dari 100, banyak yang berkata bahwa nilai DxOMark mentok pada angka 100. Hal ini tidak benar karena jika nilai DxOMark dilihat sebagai skala 0 – 100%, maka smartphone yang sudah keluar seperti Google Pixel 2 yang mendapatkan nilai 98 dapat dibilang smartphone dengan kamera nyaris sempurna. Dengan berkembangnya teknologi yang ada pada smartphone kita, akan menjadi kesulitan tersendiri bagi DxO untuk memberikan nilai kepada smartphone, oleh sebab itu skor tersebut akan terus naik ketika terdapat kamera yang lebih baik lagi.
Tentu pada saat kita sedang memilih sebuah smartphone, tidak pas jika kita hanya melihat nilai dari 2 kategori tersebut atau bahkan simpulan dari 2 kategori tersebut. Mengapa demikian? Jika kita bandingkan dari iPhone X dan Xiaomi Mi 8 sebagai berikut :
Skor overall pada iPhone X lebih kecil daripada Xiaomi Mi 8, namun jika kita ingin mengambil foto dengan efek bokeh lebih baik, maka iPhone X lah yang harusnya kalian pilih karena memiliki skor pada sub kategori bokeh lebih tinggi dari Xiaomi Mi 8. Jadi, kita memang harus lebih detil dalam memilih smartphone kita. Perlu diingat bahwa DxOMark juga tidak meng-cover semua smartphone yang beredar di pasar, hanya yang terkenal saja dan flagship.
APA ARTINYA NILAI INI BAGI KITA?
Jika kalian para “sultan” dan ingin memilih sebuah smartphone dengan kamera yang baik, maka skor ini akan membantu kalian sedikit – ya, sedikit. Mengapa hanya sedikit? Karena DxO bukan hanya perusahaan yang bekerja untuk menilai kualitas kamera saja, mereka juga bekerja sebagai konsultan bagi para perusahaan yang ingin memakai jasa mereka untuk meningkatkan kualitas kamera pada smartphone berikutnya mereka. Penilaian ini subjektif dan bobot yang mereka berikan pada setiap kategori sangatlah subjektif berdasarkan prioritas yang pasar condongkan. Perusahaan bisa saja bekerjasama dengan DxO untuk meningkatkan skor mereka pada tabel penilaian DxO semata-mata untuk mendapatkan skor yang lebih tinggi dan bukan sepenuhnya untuk konsumen.
Kami tidak mengatakan bahwa perusahaan A mendapatkan skor lebih tinggi dari perusahaan B karena A bekerjasama dengan DxOMark dan B tidak, DxO mendapatkan reputasi mereka juga berdasarkan objektivitas dan transparansi mereka dalam penilaian mereka, tapi hal tersebut tetap perlu dipertimbangkan.
KESIMPULANNYA
DxOMark dapat dijadikan acuan awal untuk memilih kamera yang terbaik bagi Anda, tapi jangan jadikan hal tersebut penilaian satu-satunya Anda. Anda juga harus melihat penilaian dari masing-masing sub kategori yang dinilai oleh DxO agar lebih mengerti mengapa smartphone pilihan kalian tersebut mendapatkan skor demikian. Review juga sangat membantu karena terkadang kalian dapat melihat sendiri bagaimana mereka melakukan penilaian mereka dan hasilnya lebih dekat, penjelasannya juga biasanya tidak terlalu rumit karena kebanyakan dari mereka juga konsumen seperti kalian yang hanya memberikan opini mereka.
Namun, perlu dicatat juga bahwa review kamera smartphone juga dapat berbeda seiring berjalannya waktu karena teknologi computational photography yang dipopulerkan oleh Google dengan Pixel mereka dimana mereka dapat memperoleh hasil yang luar biasa dengan post processing via software dan fitur AI yang juga dapat dikembangkan lagi dengan software update yang diberikan oleh perusahaan. Jadi, jika review yang kalian tonton pada awal launch beberapa bulan lalu mengatakan bahwa kamera pada ponsel A kurang, bisa jadi setelah beberapa kali update software hasilnya dapat improve ataupun sebaliknya. Tapi yang pasti, jika hardware pada kamera smartphone tersebut sudah jelek, maka software update sebanyak apapun hanya akan menolong sekian besar. Jangan menjadi lazy buyer dan bantulah diri kalian menjadi smart buyer dan bacalah review-review yang ada.
Terkadang memilih gadget baru memang seperti memilih pasangan hidup, kami semua pasti pernah mengalaminya. Tapi memang itulah kondisinya jika kita ingin mendapatkan yang terbaik bagi diri kita. Terima kasih sudah menyimak dan sampai jumpa di artikel kami berikutnya. Salam Getective! 😀
Be First to Comment